RESENSI FILM “THE SOCIAL NETWORK”
Film “The Social Network” ini diperankan oleh Jesse
Eisenberg sebagai Mark Zuckerberg atau pendiri
situs Facebook,
artis cantik Rooney Mara sebagai Erica Albright dan bintang terkenal Justin Timberlake sebagai Sean Parker atau
pencipta Napster.
Mark Zuckerberg adalah seorang mahasiswa yang menjadi kaya di
usia muda karena Facebook. Film ini bercerita tentang keinginan Mark untuk
diterima oleh sekelilingnya. Beberapa orang terlahir cantik atau tampan dan ada
juga yang dianugerahi bakat olahraga atau seni yang luar biasa. Tetapi ada juga
orang yang biasa-biasa saja dan hanya bagaikan angin lalu bagi orang-orang di
sekelilingnya.
Pada
awalnya, Mark merasa depresi berat karena diputuskan oleh pacarnya, Erica.
Erica muak dengan kencan Mark yang selalu membicarakan hal-hal ilmiah dan susah untuk dipahami oleh orang
awam. Mark
merasa dirinya kurang populer sehingga dia merasa harus bisa masuk ke dalam
salah satu dari 8 klub elit yang ada di Harvard. Mark sungguh obsesif ingin
bergabung dengan salah satu final club (kelompok sosial di kampus yang
eksklusif khusus untuk mahasiswa lelaki). Erica tak tahan. Posisi kelompok
eksklusif yang sudah berabad usianya itu kini sudah dikritik tidak hanya karena
eksklusifnya, tapi juga karena kegiatan-kegiatannya yang diskriminatif. Bagi
Erica, mahasiswa sejenius Mark tak perlu bergabung dengan kelompok konyol itu. Akhirnya, Erica memutuskan hubungan dengan Mark. Karena frustasi
berat, Mark melampiaskan kemarahannya dengan tulisan di blog dan dibaca banyak
mahasiswa di Harvard University. Ia menumpahkan segala amarah dan emosinya
dalam tulisannya tersebut.
Mark juga
membuat sebuah kuis dalam facemash.com untuk menebak salah satu wajah mana yang
paling cantik dari dua wajah yang ditampilkan. Dengan cepat kuis tersebut
menyebar di seluruh kalangan mahasiswa Harvard dan berkat itulah ia mulai
dikenal lebih luas oleh mahasiswa Harvard. Tetapi ini juga membuatnya harus
menghadapi sidang Dewan Universitas karena ulahnya itu telah melumpuhkan
koneksi internet di Harvard.
Kemudian,
kabar ulah Mark didengar oleh si kembar Winklevos, anggota Porcelain Club, salah satu club elite
Harvard dan mereka akhirnya menemui
Mark untuk menawarkan sebuah kerjasama dalam merealisasikan ide mereka untuk
membuat “The Facebook”. Dengan spontan, Mark menyetujuinya. Tetap saja, Mark tidak
benar-benar diterima di club elite Harvard. Dia hanyalah rekan bisnis mereka.
Kemudian
cerita berlanjut dimana aktivitas membuat Facebook
sangat menyita waktu Mark. Dia selalu terinspirasi dari celoteh teman-temannya
untuk menambahkan konten baru seperti status, wall, photo profile, dan
sebagainya. Hingga akhirnya Facebook itu siap dan dia launching bersama teman baiknya
yakni Eduardo. Launch pertama dikirimkan ke group “The Phoenix”, dan cepat
menyebar di kalangan itu. Dan melihat keberhasilannya, Mark kemudian memperluas
penyebaran Facebook ke kampus lain seperti Colombia, Yale. Hingga
akhirnya kabar itu terdengar oleh Sean Parker. Sean Parker akhirnya bergegas
menemui Mark dan menceritakan hal-hal yang perlu dilakukan oleh Mark untuk
menjadikan Facebook berharga milyaran dolar AS.
Atas
saran itu, kemudian Mark siap untuk terus melakukan ekspansi dan menyewa sebuah
rumah di California serta memperkerjakan beberapa orang dari mahasiswa
Harvard. Di California, Sean Parker bergabung dengan tim Mark dalam
mengembangkan Facebook bersama dengan Eduardo. Tetapi pada saat itu,
Eduardo sedang di New York untuk mencari klien iklan. Kedatangan Eduardo di
California, sempat membuat pertengkaran dengan Mark karena Mark lebih
mempercayai kemampuan Sean dalam mengembangkan bisnis Facebooknya dan lihai dalam mencari klien bisnis atau investor.
Akhirnya, Mark dan Sean menemui seorang investor yang ingin menanamkan saham
senilai 500 juta dolar AS. Hal tersebut tentu saja membuat Mark semakin optimis
dan yakin kalau Facebook yang ia kembangkan bernilai milyaran dolar.
Pada
akhirnya, mereka menempati sebuah gedung tinggi dalam menjalankan server Facebook dan jumlah karyawannya pun semakin bertambah banyak.
Kemudian, Mark terus memperluas Facebook
tidak hanya di Amerika, namun telah menjangkau di seluruh benua sampai saat ini.
Namun, dalam perjalanan karir Mark, ia sempat disidang habis-habisan karena ia
dituduh oleh si kembar Winklevos atas pencurian ide mereka atas Facebook. Dan cerita akhirnya adalah kedua si kembar itu bisa
tutup mulut dengan diberi imbalan sejumlah uang. Hingga saat ini Facebook
memiliki pengguna yang mencapai 500 juta orang dengan omset milyaran rupiah.
Kaitannya Dengan Manajemen Pemasaran
Meskipun awalnya dalam
film tersebut Facebook dirintis bukan sebagai
ajang bisnis guna memperoleh keuntungan, namun mari kita coba
menghubungkan Facebook dengan manajemen pemasaran dari sudut pandang suatu bisnis.
Dalam
merintis Facebook, Mark mencoba untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh
konsumen dan apa yang sedang diminati pada saat itu oleh sebagian besar orang
di lingkungannya, dalam cerita ini adalah komunitas Harvard. Mark menciptakan
sebuah jaringan dimana satu orang dengan orang lainnya dapat saling mengenal
dan berhubungan, baik berkomunikasi maupun hanya sekedar mengetahui status
sosialnya saat itu.
Saat itu
ada seorang teman yang ingin mengetahui apakah wanita yang sedang diincarnya
telah memiliki pacar atau belum dan siapa orang yang diinginkan wanita tersebut
untuk berkencan. Dengan spontan Mark langsung menambahkan konten dari Facebook
tersebut, yaitu status
hubungan dan tertarik pada siapa. Ini menunjukkan bahwa dalam berbisnis kita harus
mengetahui keinginan konsumen dan terus melakukan inovasi yang relevan.
Dalam
pemasarannya, launching pertama Facebook dikirimkan kepada club The Poenix, sebuah club paling tua dan eksklusif di Harvard bahkan di
dunia. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
memasarkan sebuah produk kita harus tahu segmen pasar yang akan kita tuju
sehingga pasar dapat dibidik dengan tepat.
Mark terus meningkatkan popularitas Facebook. Kepopuleran
ini mendorong banyaknya investor bisnis untuk berinvestasi dan memasang cukup
banyak iklan secara berkelanjutan. Hal ini mendorong Facebook semakin terkenal
saat itu akibat pemasaran yang cukup gencar.
Seiring
berjalannya waktu, Mark terus berinovasi dengan menambahkan konten wall dalam
Facebook. Ini menunjukkan bahwa inovasi produk harus terus dilakukan agar
produk tersebut tetap diminati oleh konsumen. Selain itu, perluasan pasar perlu
dilakukan apabila kita telah yakin bahwa produk kita dapat diterima oleh semua
kalangan masyarakat, seperti ekspansi yang dilakukan Mark dengan mempublikasikan Facebook ke
berbagai negara hingga Facebook diminati oleh
semua orang di dunia hingga detik ini.